PROMOSI ONLINE MURAH DAN PASTI

PROMOSI ONLINE MURAH DAN PASTI
PROMOSI ONLINE SUKSES

Kamis, 11 April 2013

Indonesia Hancurkan Indonesia, mari selamatkan!




“..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(Q.S Ar-Ra’d: 11)

Bismillahirrahmanirrahim...
            Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menyebut dirinya sebagai bangsa yang besar, bangsa yang kaya, bangsa yang kuat sadarkah kalian telah membiarkan penghancuran secara berlahan di bangsa ini. Mungkin sebagian orang telah larut dalam lupa atau “acuh tak acuh” terhadap sesama sikap itu merupakan “rayap” yang telak menggrogoti sendi-sendi norma dan nilai kebangsaan kita. Telah lupakah kita akan kebesaran masalalu Indonesia, bukan karena tekhnologi, bukan karena kekuatan militer indonesia masa prasejarah memiliki kejayaan yang begitu tersohor. Majapahit, Sriwijaya, merupakan bukti kecil kejayaan Indonesia tersebut. Kejayaan yang penulis maksut adalah kejayaan kesatuan dan persatuan antar individu, kejayaan akan norma, nilai dan budaya yang memiliki falsafat hidup yang luhur.
            Bangsa besar dengan jutaan penduduk, jutaan ribu kilometer luasnya, dan sumberdaya alam yang melimpah. Sebagian orang yang telah berfikir telah kecewa terhadap generasi ini, para pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia telah sakit hati terhadap generasi ini, nenek moyang yang mengajarkan budaya norma dan nilai yang luhur telah menangis mendengar kabar generasi ini telah berhiyanat. Apakah pembiaaran ini akan terus di lanjutkan, dengan sistem hukum, peraturan, yang tak jelas bagi keadilan. Disini kita tidak hanya berbicara keadilan semata, kami membicarakan norma hidup yang telah pudar.
            Gejala yang terjadi di masyarakat mungkin telah dianggap biasa karenaseringnya terjadi dan dibiyarkan menimbulkan asumsi yang wajar di pikiran mereka. Seorang pencopet di bis kota melakukan aksinya dan salahsatu penumpang bis mengetahui kejadian itu tetapi dia diam saja karena nerpikir bukan dia yang kecopetan lalu apa masalahnya bagi dirinya, berfikir tentang mencari amanya sendiri juka dia teriak copet dia takut akan timbal balikn yang akan mengancam dirinya. Tentunya kejadian tersebut adalah pemikiran yang salah karena sikap ego individual yang besar di dalam dirinya. Ada seorang ibu hamil naik bis kota, dan kehabisan tempat duduk di dalam bis itu adakah orang lain yang peduli terhadap dia, mungkina ada hanya 1, 2 orang yang peduli dan berdiri memberikan tempat duduknya. Kejadian ini mungkin biasa menurut anda, inilah pembiaran kenapa hanya 1,2 orang yang peduli padahal di dalam bis itu ada belasan orang.
            Tanggung jawab kebarsamaan telah pudar, musnah terkikis gemerlap liberalisme dengan kedok demokrasi. Pemerintah telah melakukukan subsidi BBM, Bensin, Solar. SPBU telah banyak dibangun oleh pemerintah di pusat-pusat kota. Berpikirkah mereka tentang nelayan di pesisir jauh dari kota yang lebih membutuhkan bahan bakar itu untuk bahan bakar mereka melaut. Berpikirkah mereka tentang petani yang membutuhkan solar untuk traktor membajak sawah di desa-desa. Pernahkan melihat SPBU dibangun di pesisir plosok desa para nelayan, Pernahkan melihat SPBU dibangun di desa-desa di kaki gunung. Telah banyak bahan bakar itu di konsumsi para massyarakat yang lebih mampu di kota-kota besar bagaimana tidak “jebol” APBN negara memberi makan orang-orang kaya yang tak punya urat malu. Dan massyarakat marjinal belum nenikmati bantuan subsidi itu dengan sepenuh hak mereka, wacana kenaikan BBM terus di komandangkan tiap tahunnya. Mereka para pejabat telah berfikirkah dampak para masyarakat marjinal tersebut.
            Pajak adalah sumber utama pemasukan devisa negara, pajak dibayarkan oleh warga negara untuk memajukan negaranya. PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan) begitu krusial, dengan kasus yang jarang di sorot oleh masyarakat luas. Dengan perkembangan jaman akses jalan raya di desa-desa menimbulkan gejala naiknya nilai jual (Valuta) pada tandah di pinggir jalan tersebut yang merupakan sawah pertanian. Naiknya nilai jual tanah menimbulkan efek domino terhadap nilai pajak pada tanah tersebut, banyak kasus penjualan tanah persawahan akibat tingginya nilai pajak dan iming-iming para pengusaha yang mengincar tanah pertanian di pinggir jalan itu sebagai aset bisnis yang akan di jadikan perumahan atau ruko-ruko potensial. Pada sisilain pemerintah telah mencanangkan suasembada beras, apakah ini untuk mensejahterakan apa penghancuran negara yang tak di pikirkan.
            Aparat negara sebagai pelindung bangsa dan masyarakatnya. Bengsa indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur yaitu perdamaian merupakan sikap yang indah. Telah di aplikasikan oleh aparat penegak hukum seperi telah tertangkap pengendara sepeda motor tanpa menggunakan helem seharusnya di peringatkan dan melaksanakan hukum secara sistemnya tetapi karena budi baik bangsa indonesia suka perdamaian oknum penegak hukum itu pun menawarkan uang damai untuk kelancaran bersama. Salah kaprah telah di biarkan berlarut-larut dan dianggap biasa. Militer sebagai pelindung keamanan pertahanan bangsa begitu gagah telah menyerang polsek, komando kusus merupakan komando elit kebanggan telah sukses melakukan misi pembunuhan di lembaka pemasyarakatan di landasi oleh solidaritas. Solidaritas dan dendam telah meleset pada arti yang sesungguhnya.
            Telah lelah bangsa ini dengan kasus yang terlalu berat kita bahas kasus yang ringan. Televisi memiliki berbagai tontonan yang menarik, Sinetron para polotisi bertengkar dan saling berteriak, mahasiswa berteriak di jalan di tangkap. Kasus ini juga mungkin terlalu berat, sinetron banyak contoh buruk di dalamnya seperti menggunakan telpon genggam saat mengemudi, dibiarkan padahal telah banyak ratusan kasus kecelakaan akibat penggunaan telepon genggam. Mengendarai sepeda motor tanpa helem lebih parah padahal kepolisian sangat gencar dengan hal ini tetapi gejala ini di biarkan. Pemeran jahat pada sinetron selalu menang dan orang jujur dan baik selalu sengsara dan tekanan batin. Gejala besar pun tak dipikirkan apa gejala sekecil ini masih perlu di perhatikan.
            Parahnya bangsa ini melakukan pembiaran karena bodohnya mereka apa karena ketakutan dengan gejala itu sendiri padahal telah dilahirkan para sarjanah, akademisi tetapi hanya melahirkan pola pemikiran terjajah. Apa ini salah para pendahulu kita 300 tahun telah di jajah masih di turunkan pola pemikiran itu. Begitu tragis, janganlah saling menyalahkan marikita berkaca apa yang salah pada diri kita masing-masing. Ingatlah kita ini makhluk sosial, memiliki gelar Khalifah, pengelola alam, penjaga keseimbangan, pemimpin, dan kita ini satu dari sumber yang satu maka kata perdamaian yang sesungguhnya bukanlah mustahi bagi kita. Mari generasiku bangun bangsaku, demi anak cucuku, dengan persatuan dan kesatuan. Bineka tunggal ika bukan sekedar falsafat ini adalah jiwa bangsa kita.

Alhamdullilahhirobil alamin..

oleh: - @krishnatn

0 komentar:

Posting Komentar

Krishna T. Nugraha. Diberdayakan oleh Blogger.